Senin, 26 Juni 2017

Cerita Masa Kecil : Rumah Baruku

Aku ingat...., aku ingat....., ya aku ingat. Ketika Mama membawaku ke rumah baru yang akan segera di tempati. Mama membawa alat bersih-bersih seperti sapu lidi, ember, kain pel dan sikat. Waktu itu entah seperti apa repotnya Mama membawa aku yang masih berumur 5 tahun, nining adikku berumur 4 tahun, neri berumur 3 tahun, entah adik buyung yang masih bayi ditinggal sama siapa, aku lupa.

Mama, aku dan adik-adik naik metromini 42 dari Pulo Gadung. hanya itu yang aku ingat, entah kenapa harus dari sana naik Metromininya, padahal saat itu kami tinggal di daerah Komplek Gudang Peluru, Kampung Melayu. Mungkin saja belum ada Metromini 506 yg bisa turun pondok kopi, atau memang papa antar ke terminal Pulo Gadung karena searah dengan tempat kerja papa di Senen.

Di dalam metromini adikku Nining peluk kaki Mama dengan kencang sambil menangis menahan takut dengar suara metromini yang bising. Adikku nining memang sering ketakutan kalau dengar suara yang kencang dan menggelegar. Pernah kejadian waktu itu pertama kali Papa bawa Vespa kerumah, aku, Nining
dan Neri diajak jalan sore keliling taman di Komplek Gudang Peluru. Baru setengah 1/3 putaran Nining sudah jerit-jerit ketakutan dan minta turun. Dia nekat untuk turun di tengah jalan. Akhirnya Papa harus rela meninggalkan Nining di tengah jalanan. untungnya seputaran taman masih bisa dipantau sama Papa. kami sering jalan kaki di seputaran taman. Jadi Nining nekat turun dijalanan ga bikin Papa takut kehilangan anaknya.

Kembali ke Metromini yang kami tumpangi. Nining menangis ketakutan mendengar deru metromini yang beringas sambil terus memeluk erat kaki Mama. Tapi kali ini tidak minta turun di jalan. ya...Mama juga memeluk Nining sambil menggendong Neri yang masih berumur 3 tahun. Orang seisi metromini melihat kami. mungkin pemandangan yang biasa melihat anak rewel di dalam angkutan umum. Udara Jakarta begitu panas, apalagi matahari semakin tinggi di atas kepala. Orang-orang terlihat tidak acuh dengan sekitarnya. mereka tenggelam dalam pikiran dan perasaannya. sesekali aku bertanya sama Mama karena gelisah melihat Nining belum juga lepas dari pelukannya
" Ma, kapan sampainya...?"
"Tuh, dikit lagi sampai" sambil menunjukkan arah ke depan Metromini.
Aku diam sambil melihat terus laju Metromini 42. Yang aku ingat dalam perjalanan kami melewati gunung tinggi berwarna kuning, pabrik traktor, tempat pemotongan hewan atau jagal, tumpukan kayu-kayu Madura sepanjang. Mama sambil memberikan informasi apa yang kami lihat. "wah, berarti rumah kita hebat ya ma" sahutku ketika Mama selesai berbicara. Dengan anggukannya Mama terlihat bahagia dengan mendengar kesimpulanku.
"pik...pik....pik...." teriak kenek metromini.
Mama langsung teriak, "kiri pak supir..."
dan pak supir langsung meminggirkan metromininya. kenek dengan sigap menggedong dan menurunkan aku dari metromininya. Akhirnya kami sampai juga di tujuan. Yup....rumah baru buat kami semua.

Ternyata belum selesai perjalanan kami, untuk mencapai rumah baru, kami harus naik becak sepanjang 500meter. pemadangan kanan kiri terlihat bukit merah yang sedang digerus oleh traktor. buat aku yang masih kecil terlihat tinggi sekali bukit merah itu. kira-kira setinggi rumah. akses menuju rumahku juga sudah terbilang bagus. jalanan beraspal, dengan saluran aliran air yang bagus. banyak air hidran di setiap pojok blok-blok rumah. semua rumah yang aku lihat sama semua. Rumah bertingkat memiliki pintu dan papan-papan seperti kios.

Rumah kami masih sedikit tetangganya. Dari 30 rumah di gang aku, hanya 10 rumah yang sudah di tempati. Tidak seperti di Gudang Peluru, banyak tetangga dan rumahnya rapat-rapat. aku, Nining dan Neri agak kebingungan. Rumahku ini terlihat luas. kami masih bisa berlari-lari dalam rumah. Bercanda-canda sewaktu mama menyiram air ke Lantai. Aku dengan sigap memegang gagang sapu lidi. Mama tidak keberatan kalau aku dan adik-adik bermain sambil membantu Mama bersihkan rumah baru kami. Mama dengan sabar recokin oleh kami dan anehnya justru Mama senang kalau kami bisa tertawa gembira.

Puas bermain dan merecoki kerjaan Mama, aku merasa letih dan mengatuk. Tiba-tiba Mama melihat anak sepantaran denganku sedang bermain di kolam ikan miliknya. Mama segera memanggilku dan memyuruhku berkenalan dengannya.
" In..., ada teman kamu tuh, cepat kenalan sama dia".
anak kecil yang sama besar dengan perawakanku segera memandangku.
" hai, lagi lihat apa?" tanyaku
"kenalkan, aku Iin dan ini adikku Nining" lanjutku sambil kenalkan adikku yang pemalu.
" Zuhroh... " jawabnya.
nama yang agak asing di telinggaku. Akupun melanjutkan bermain dengannya. Zuhroh, mengenalkanku pada ikan lelenya yang masih kecil-kecil. ikan itu emang asyik diajak bermain. Hingga aku lupa untuk tidur siang.

Pekerjaan Mama membersihkan rumah baru kamipun selesai. aku, Nining dan Neri si suruh bersiap-siap untuk kembali pulang ke Gudang Peluru. Minggu depan rumah ini akan menjadi tempat tinggal kami. Aku dan adik-adik pamit pada teman baru kami Zuhroh, dan setelah aku sekolah barulah aku tahu nama lengkapnya "Siti Zuhroh" anak sebelah rumahku, ibunya memiliki Warung Makan dan Bapaknya memiliki usaha konveksi dan toko di Tanah Abang. Beda dengan Papaku, yang memiliki usaha di Pasar Senen yaitu Tailor Jas dan Safari. Usaha yang cukup berhasil di Pasar Senen hingga akhirnya memiliki rumah di daerah PIK (Perkampungan Industri Kecil).

1 komentar:

Lita Chan Lai mengatakan...

yei...akhirnya cerita juga.

Curahan Hatiku H-3 Sebelum Kepergian Mama

Gatau apa harus senang atau sedih Malam2 biasanya, mama tidak bisa tidur. Bahkan aku harus begadang untuk menemani mama. Membuatkan minuma...